NAZAM BATU NGOMPAL
Oleh : TGKH. Muhammad Zaenuddin Abdul Majid
PANTUN NASIHAT
Belajar Olehmu Tajwid yang soheh
Karena Qur'an turunnya Faseh
Jangan membaca Bacaan Qobeh
Takut ancaman Hadits yang Soheh
Rajin berguru pada ahlinya
Baca olehmu bacaan jibrila
Jangan membaca bermain gila
Firman ilahi di dalam tanzila
warottilil qur’ana tartila
Rajin berguru pada ahlinya
Jaranglah pandai membaca qur’an
Kebanyakan asik tidak karuan
Malu berguru tajwidnya qur’an
Besar kepala takut teguran
Rajin berguru pada ahlinya
Ayo hai saudara ayo hai saudari
Tuntutlah ilmu setiap hari
Jangan bermegah kesana kemari
Agar selamat belakang hari
Rajin berguru pada ahlinya
MUQADDIMAH
Kata fekir yang mengharap rahmat tuhan
Khodimu tollabim binah dotil wathan
Alhamdulillahi dengan shalat salam
Atas muhammad penghulu kulil anam
Waalihi dan sohabatnya yang nujum
Dan tabi’in dan muslimin dengan umum
Waba’du ini terjemah melayu
Untuk anak yang mubtadi berguru
Anak sasak bangsaku indonesia
Pada hukum tajwid kitab yang mulia
Diterjemah dari nazom yang bernama
Tukhfatul atfali kitab yang utama
Dinamakan nazom batu ngompal atas
air otak murid rajin tidak malas
Moga-moga nazom ini bermanfaat
Bagi umum di dunia wa akhirat
HUKUM NUN MATI DAN TANWIN
Tsabit bagi nun yang mati dan tanwin
Empat hukum maka bacalah tabiyiin
Yang pertama hukumnya izhar khalqi
Jika dalam datang sebelum hurufil khalqi
Enam huruf yaitu hamzun ha’u
Ainun wahaun summa ghainun kho’u
Yang kedua nama hukumnya idgom
Di yarmuluna tersusun nyata enam
Huruf ini qismani bila bertemu
Idgom bigunnatin hurufnya yanmu
Tapi jika pertemuan di kalimah
Satu (kasinwanin wadunya) tertegah
Yang kedua (idgom bigoiri gunnah)
Dalam huruf (rol) terdapat fahamlah
Ketiganya iqlabu indal ba’i
Suara mim dengung sama ikhfa’i
Hukum keempat dinamakan ikhfa’
Pada huruf yang baqiat minal hija’
Lima belas hurufnya terbiloang terang
Cukup pada awal kalam bait yang datang
Sif zasana kamjada syahsun qod sama
Dum toyiban zidfi tuqon do’ zolima
HUKUM MIM TASDID DAN NUN TASDID
Mimun wanunun syuddida dengung keras
Dinamakan gunnah musyaddah jelas
HUKUM-HUKUM MIM MATI
Mim yang mati bila datang sebelum hija’
Selainan alif katanya ulama’
Maka hukumnya terdapat tiga rata
Ikhfa’un idgomun wa izharun nyata
Yang pertama bernama ikhfa’ safawi
Datangnya qoblal ba’i terketahui
Yang kedua idgom bimisliha ada
Lah namanya idgom shogir hai pemuda
Yang ketiga izhar pada baqiah
Min ahrufin dinamakan safwiyah
Awas jangan ikhfa’ pada wawin wafa
Karena dekat dan bersatu jangan lupa
HUKUM-HUKUM ALIF LAM DAN LAM FI’IL
Lam al dua hal pemuda dan pemudi
Yang pertama izhar hurufnya terjadi
Empat belas maka fahamkan romzah
Di abgi hajjaka wakhof aqimah
Yang kedua wajib di idgom dalam
Empat belas pula rumusnya di dalam
Tibtum summa shil rohman tafuz difza ni’am
Da’ su’azonni zur syarifan lil karom
Lam pertama dinamakan qomriyah
Lam kedua dinamakan syamsiyah
Izhar nyatalah laa fi’lu mutlaqo
Seperti qul na’am wa qulna wal taqo
HUKUM IDGOM MISLAIN, IDGOM MUTAQORIBAIN, IDGOM MUTAJANISAIN
Dua huruf jika akur pada sifat
Dan makhroj mislan yakni sepakat
Jika dua makhroj datang berhampiran
Dan di sifat bersalahan dinamakan
Mutaqoribain tapi jika bersamaan
Di makhroj dan di sifat bersalahan
Dinamakan mutajanisain jika mati
Awal huruf idgom sogir di dapati
Jika dua hurufnya berbaris benar
Lah namanya idhom yakni besar
HUKUM-HUKUM MAD
Dan mad ada yang asli ada yang far’i
Yang pertama dinamakan thobi’i
Tidak dihentikan atas sebab datang
Dengan tiyadanya huruf tak terdatang
Mutlak huruf lainnya hamzah au sukun
Mengiringi mad fattobi’i yakun
Mad kedua far’i terhenti atas
Hamzah atau sukun semata-mata pas
Hurufnya tiga tersusun pada lafaz
Wa au di nuu hii haa misalnya terhapuz
Jar sebelum ya (domma sebelum wawin qat
Fathah tetap sebelum alif mesti syarat
Jadi huruf lain ya sama wawin rata
In sakana dan sebelum fathah nyata
HUKUM-HUKUM MAD BERSAMA HAMZAH
Mad di dalam qur’an suci tiga hukum
Itu alwujub wal jawazu wal luzum
Mad wajibun muttasilun bila jitu
Hamzah mengiringi (mad) di kalimah satu
Mad jaizun munfasilun dua wajah
Bilamana masing-masing di kalimah
Bersama’an (in akrodussukunu)
Pada wakaf seperti (nasta’iinu)
Bila ada hamzah datang mendahului
Mad ternamalah (mad badal ka’amanu)
Mad lazimun tiga alif (sukun) tetap
Mengiringi mad di wasol dan di wakaf
HUKUM-HUKUM MAD LAZIM
Empat cukup keterangan mad lazimi
Karena ada (harfi) ada yang (kilmi)
Masing-masing (mukhafafun mutsaqqolun)
Maka ini empat nyata (mufassolun)
Maka jika di kalimah (sukun) datang
Serta huruf (mad) bernama (kilmi) terang
Jika pada huruf (sulasi) terdapat
Mad menengahi namanya (harfi) tepat
Jika di (idgomun) kan (musaqqol) nyata
Jika tidak maka (mukhaffafun) rata
(Mad lazim harfi) pada awal surat
Di delapan huruf adanya terdapat
Kumpul pada katanya (kam asal naqos)
Dan ini dua wajah nyata (mad) nya (akhos)
Dan yang lain huruf (sulasi) ta’ alif
Madnya (tobi’i) dibaca satu alif
Itu pula dalam (fawatihussuwar)
Kumpul di (hayyun tohirun) nyata benar
(Majmuk fawatihussuwar) empat belas
(Silah sihiran man qota’ak) hai awas
PENUTUP
Cukup dengan (hidayah allohussomad)
(nazom) batu ngompal atas di (qosod)
Bermi meterjemah dengan (rajaz arab)
Dan terhias dengan (lisan) orang arab
Di terjemah oleh otak luar (jasad)
Tahun tetap tafa pikirkan di (jasad)
Wahai adik hai saudara hai saudari
Coba ukur ini sya’ir kanan kiri
Mustafilun mustafilun mustafilun
Mustafilun mustafilun mustafilun
Moga tuhan yang bersifat (rahman rahim)
Mengarunia faham jelas jadi alim
Puji Ilahi dan (sholat) serta (salam)
Atas nabi dan semua (alattamam)
Minggu, 28 Februari 2016
MEMBACA CEPAT
MEMBACA CEPAT
·
Tujuan membaca :
1.
Memberi kesenangan.
2.
Membantu memecahkan masalah penelitian.
3.
Meningkatkan pengetahuan.
4.
Mendapatkan informasi penting.
·
Materi bacaan :
1.
Untuk kesenangan : Novel, cerpen, buku
populer, surat sahabat.
2.
Untuk penelitian : Buku,
ensiklopedia, artikel, jurnal.
3.
Untuk pengetahuan : Majalah, surat
kabar, buku.
·
Membaca cepat :
1.
Mendapatkan materi teks secara umum.
2.
Memisahkan materi relevan dengan yang tidak relevan.
3.
Mengetahui ide/tema bacaan.
4.
Keuntungan : Dapat melahap banyak teks.
5.
Kerugian : Informasi tidak optimal.
·
Membaca cermat :
1.
Mendapatkan pemahaman materi teks secara detail.
2.
Mempertahankan konsentrasi.
3.
Mengingat dengan jelas apa yang dibaca.
4.
Mengikuti dengan langkah-langkah/aturan secara cermat.
5.
Memahama ide/istilah sulit.
6.
Menyita waktu untuk 1 bacaan.
·
Previewing :
1.
Previewing adalah teknik membaca untuk mendapatkan gambaran teks secara umum.
2.
Hasil pengamatan Mikulecky dan Jeffries (1996), dengan preview proses pemahaman
informasi dapat dicapai dengan cepat, bahkan bisa membantu pembaca mengikuti
gagasan penulisnya.
3.
Hasil preview adalah mengetahui Judul, Penulis, interpretasi Jenis atau Genre
Bacaan, prediksi tentang isi tulisan.
·
Bagian-Bagian yang Dipreview :
1.
Penulis: ……………………………………….
2.
Tahun terbit:………..Jumlah Hal:…………..
3.
Pendahuluan atau Pengantar:………………
4.
Jumlah Bab:…………………………………..
5.
____Daftar Isi:…………………………………
6.
____Simpulan:………………………………..
7.
____Lampiran:…………………………………
8.
____indeks:……………………………………
9.
____Bibliografi atau Daftar Pustaka:……….
10.
____Tabel, Grafik, Bagan:…………………..
·
Scanning :
1.
Scanning adalah teknik baca cepat untuk mencari informasi yang Anda diinginkan.
Anda mencari ide atau kata kunci saja.
2.
Seringkali anda sudah tahu apa yang anda kehendaki sehingga pikiran Anda
terfokus pada penemuan jawaban.
3.
Scanning menggerakkan mata dengan cepat di setiap lembar halaman. Scanning akan
menjawab apakah sumber bacaan ini relevan dengan kepentingan anda
4.
Ketika menyecan, lihatlah tata tulis yang digunakan seperti, penomoran, abjad,
langkah-langkah seperti satu, dua, dst, kata-kata yang tercetak tebal, miring,
atau ukuran huruf yang berbeda, gaya cetak atau warna. Seringkali Penulis akan
menempatkan ide pokoknya dengan cara ini.
5.
Jika Anda membaca buku standar, gunakan indeks untuk menemukan ide atau kata
kunci.
·
Skimming :
1.
Skimming adalah teknik baca cepat untuk mengidentifikasi ide pokok sebuah teks.
Anda tidak perlu membaca kata per kata seperti baca normal. Kecepatan baca anda
3 sampai 4 kali lebih cepat dari biasa. Orang akan menggunakan teknik ini jika
begitu banyaknya bacaan yang harus dibaca dengan waktu yang terbatas. Gunakan
skimming untuk melihat apakah teks tersebut sebidang dengan penelitian anda.
2.
Langkah-langkah skimming, awalnya sama dengan previewing yaitu baca cepat
judul, subjudul, lalu baca kalimat pertama atau terakhir setiap paragraf karena
biasanya ide pokok ada pada posisi itu.
3.
Ingat bahwa anda menggunakan skimming untuk mencari informasi khusus bukan
pemahaman secara menyeluruh. Ide pokok juga akan tergambar pada fakta yang
diberikan pada tabel, grafik atau bagan.
·
Tujuan hubungan dengan tehnik
membaca cepat :
1.
Kesenangan : Previewing, scanning,
skimming -> membaca cermat.
2.
Penelitian : Previewing, scanning,
skimming -> sortir bahan : membaca cermat.
3.
Pengetahuan : Previewing, scanning,
skimming -> membaca cermat.
4.
Informasi : Previewing, scanning,
skimming -> selesai.
·
Tips Membaca Lebih Cepat
1.
Tinggalkan cara mebaca dengan lisan (100-300 wpm), lakukanlah dengan hati (>
800 wpm).
2.
Gunakan pengetahuan bahasa Indonesia Anda, seperti pola kalimat, logika
berpikir, kata perangkai kalimat, dan kata kunci (keywords), sebaliknya hindari
kata-kata tugas karena tidak penting untuk pemahaman. Cara ini menghemat 10-50
% kata-kata yang tidak penting.
3.
Gunakan gerakan mata, bukan gerakan kepala secara efektif untuk menghemat waktu
beberapa detik lagi.
4.
Terapkan pengetahuan membaca yang Anda dapat, pertama previewing, scanning, dan
skimming.
5.
Biasakan diri dengan deadline waktu. Adanya tekanan waktu (time pressure) akan
membantu Anda untuk lebih konsentrasi pada materi bacaan.
6.
Jika kelima Tips di atas tidak berhasil membantu Anda secara drastis, mulailah
memacu tingkat pembacaan Anda dengan mengunakan alat. Gunakan jari anda dengan
cara memindahkan dari kiri ke kanan secara cepat per baris. Cara ini efektif
kalau Anda ingin menghendaki per baris, jika tidak langkaui dari atas ke bawah
menurut keyword atau kalimat topik. Cara ini umumnya menaikkan kecepatan baca
hingga 400-800 wpm.
7.
Jika Anda puas, cara terbaik membaca adalah dengan mata dan otak (konsentrasi),
bukan dengan lisan (bicara), gerakan kepala, atau memakai jari. Slogan yang
perlu diingat: "Bacalah ide pada teks, bukan kata-kata."
KATA ULANG
(REDUPLIKASI)
·
Kata ulang (reduplikasi) adalah
bentuk dasar yang diulang.
·
Bentuk dasar adalah suatu bentuk
linguistik yang dijadikan dasar pembentukan kata ulang (bentuk yang lebih
besar/bentuk kata sebelum dijadikan kata ulang).
·
Prinsip-prinsip pengulangan :
1.
Pengulangan tidak mengubah golongan (kelas) kata, dari bentuk kata ulang,
seperti kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Contoh :
§ Kata benda : Sepatu-sepatu (sepatu), bungkusan-bungkusan (bungkusan),
buah-buahan (buah).
§ Kata kerja : Berkejar-kejaran (berkejaran), mencabut-cabuti (mencabuti),
tertegun-tegun (tertegun).
§ Kata sifat : Bagus-bagus (bagus), nakal-nakal (nakal), seburuk-buruknya
(buruk), keputih-putihan (putih).
2.
Bentuk dasar selalu berupa bentuk yang terdapat dalam penggunaan bahasa
sehari-hari. Contoh :
§ Memperbincang-bincangkan : bentuk
dasarnya memperbincangkan, bukan memperbincang.
§ Bersalam-salaman : bentuk dasarnya
bersalaman, bukan bersalam.
§ Rumah-rumahan : bentuk dasarnya rumah, bukan rumahan
·
Berdasarkan jenisnya, kata ulang
terbagi menjadi 4 jenis :
1.
Pengulangan utuh/murni/dwilingga : Pengulangan seluruh kata dasar. Co :
Ibu-ibu (ibu), lampu-lampu (lampu), pertokoan-pertokoan (pertokoan).
2.
Pengulangan sebagian/dwipura/suku awal : Bentuk pengulangan suku pertama
kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet. Co : Laki-laki-lalaki-lelaki,
bercaci-cacian (bercacian), menendang-nendang (menendang), minum-minuman
(minuman), tunjuk-menunjuk (menunjuk).
3.
Pengulangan berimbuhan : Bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan,
sisipan, akhiran atau gabungan imbuhan sebelum/sesudah kata dasarnya diulang.
Co : Mobil-mobilan (mobil), sebesar-besarnya (besar), kemerah-merahan (merah).
4.
Pengulangan berubah bunyi : Co : Warna-warni (warna), sayur-mayur
(sayur), bolak-balik (balik), kerlap-kerlip (kerlip).
·
Makna yang dimunculkan oleh kata
ulang :
1.
Menyatakan banyak : Pemain-pemain bola itu berlatih dengan giat.
2.
Menyatakan bermacam-macam : Para atlet dianjurkan memakan sayur-sayuran
segar.
3.
Menyatakan saling : Setelah pertandingan berakhir, mereka berpeluk-pelukan.
4.
Menyatakan perbuatan yang dilakukan hanya untuk kesenangan : Mereka duduk-duduk
di bawah pohon sambil menceritakan pengalaman masing-masing.
5.
Menyatakan menyerupai : Dia membelikan raket-raketan untuk
adiknya yang berusia 3 tahun.
6.
Menyatakan agak : Ia menyembunyikan wajahnya yang kemerah-merahan sewaktu
menerima pujian atas prestasi yang diperolehnya.
7.
Menyatakan melakukan pekerjaan yang berulang-ulang : Ia melempar-lempar
bola basket itu kepada pemain sebagai pemanasan.
8.
Menyatakan kolektif : Mereka memasuki lapangan dua-dua orang
untuk melakukan contoh tendangan bola yang baru diajarkan pelatih.
9.
Menyatakan memiliki sifat : Bicaranya keibu-ibuan sehingga aku
merasa lebih cepat mengerti .
10.
Menyatakan sangat : Cepat-cepat ditendangnya bola ke arah gawang
lawan.
11.
Menyatakan tingkat yang paling tinggi (superlatif) : Ia berlari sekencang-kencangnya
untuk mencapai garis finis.
PUISI BARU
·
Puisi baru memiliki bentuk yanglebih bebas daripada puisi
lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
·
Ciri-ciri Puisi Baru :
1.
Bentuknya rapi, simetris
2.
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
3.
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
4.
Sebagian besar puisi empat seuntai
5.
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
6.
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata
·
Jenis-jenis Puisi Baru :
1.
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
§ Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
§ Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
§ Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
§ Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
§ Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
§ Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
§ Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
2.
Menurut bentuknya, puisi dibedakan atas :
§ Distikon
§ Terzina
§ Quatrain
§ Quint
§ Sektet
§ Septime
§ Oktaf/Stanza
§ Soneta
·
Contoh jenis puisi menurut isinya :
a)
BALADA
Puisi karya Sapardi Djoko Damono
yang berjudul “ Balada Matinya Aeorang Pemberontak”
b)
HYMNE
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
c) ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal) e) ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
f) SATIRE
Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
c) ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal) e) ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
f) SATIRE
Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
·
Contoh
jenis puisi dari bentuknya :
a)
DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
KALIMAT DASAR
Dalam menuliskan kalimat dalam
bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus ketahui yaitu unsur-unsur
yang ada untuk membuat suatu kalimat yang biasanya dipakai dalam sebuah
kalimat. Dalam bahasa Indonesia biasanya digunakan aturan SPO atau SPOK
(Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
·
Unsur-Unsur Kalimat
a. Subjek : merupakan jawaban atas pertanyaan
apa dan siapa kepada predikat. Contoh : Aiba memelihara kucing. Maka pertanyaan
“Siapa memelihara?” Adalah Aiba.
b. Predikat
Ø Menimbulkan
pertanyaan apa dan siapa
Ø Dapat
berupa kata “adalah” atau “ialah”
Ø Dapat
disertai kata aspek (seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan) pada
kalimat verba atau adjectiva dan modalitas (seperti ingin, hendak, dan mau)
untuk menyatakan keinginan pelaku.
c. Objek : Untuk predikat yang berupa
verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek,
verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
d. Pelengkap : Perbedaannya terletak pada kalimat
pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek
dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif,
bukan pelengkap.
e. Keterangan : Unsur kalimat yang dapat diubah-ubah
posisinya. Jika dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di
pindah maka bukan keterangan.
Dalam suatu kalimat yang biasa
digunakan terdapat pola-pola kalimat dapat dikembalikan ke dalam sejumlah
kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang
kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja.
Kalimat dasar tersebut dapat berupa:
a. Kalimat dasar
berpola SP
Terdiri dari subjek dan predikat.
Predikat dapat berupa:
1. kata kerja
(Ohno(S) sedang memancing(P))
2. kata benda
(Ayahnya(S) juru masak(P))
3. kata sifat
(Ohno(S) baik hati(P))
4. kata bilangan
(Personil Arashi(S) 5 orang(P))
b. Kalimat dasar
berpola SPO
Mempunyai unsur Subjek, Predikat,
dan Objek. Contoh : Mereka(S) sedang menyelenggarakan(P) konser(O).
1. Kalimat dasar
berpola SP Pel.
Mempunyai unsur Subjek, Predikat,
dan Pelengkap. Contoh : Nino(S) berpakaian(P) rapi(Pel).
2. Kalimat dasar
berpola SPO Pel.
3. Terdiri dari
Subjek, Predikat, Objek, dan Pelengkap. Contoh : Ohno(S) membelikan(P) Nino(O) topi(Pel).
4. Kalimat dasar
berpola SPK
5. Terdiri dari
Subjek, Predikat, dan Keterangan. Contoh : Aiba(S) berasal dari(P) Chiba(K).
6. Kalimat dasar
berpola SPOK
7. Terdiri dari
Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Contoh : Mereka(S) makan(P) sawo(O)
saat festival(K).
·
Pola Kalimat
Pola-pola kalimat tersebut juga dapat disusun berdasarkan
kata kerja (KK), kata sifat (KS), kata benda (KB) dan kata bilangan (KBil).
Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut.
1. KB + KK --> Mereka bernyanyi.
2. KB + KS --> Aiba dermawan.
3. KB + KBil --> Harga album terbaru Arashi
delapan ratus ribu
4. KB + (KD + KB) --> Tinggalnya di Jambi.
5. KB1 + KK + KB2 --> Mereka menonton konser.
6. KB1 + KK + KB2 +
KB3 --> Paman mencarikan saya
pekerjaan.
7. KB1 + KB2 --> Ohno penyiar.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat
diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu
digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
RAGAM TEKS
·
KARANGAN
NARASI
Ø Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu:
1. Menonjolkan
unsur perbuatan atau tindakan.
2. Dirangkai
dalam urutan waktu.
3. Berusaha
menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
4. Ada
konfiks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur
cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita,
konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan
oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
1. Berupa
cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
2. Kejadian
atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi,
dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
3. Berdasarkan
konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
4. Memiliki
nilai estetika.
5. Menekankan
susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki
ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke
waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang
menonjolkan pelaku.
Ø
Tujuan
menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
a. Hendak
memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.
b. Memberikan
pengalaman estetis kepada pembaca.
Ø
Langkah-langkah
menulis karangan narasi
1) Tentukan
dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2) Tetapkan
sasaran pembaca kita.
3) Rancang
peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
4) Bagi
peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
5) Rincian
peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung
cerita.
6) Susun
tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
Ø Jenis-jenis Karangan Narasi
a. Narasi
Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi
Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara
tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang
tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu
peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya
satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini sampai terakhir
dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan
eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini
berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
b. Narasi
Sugestif
Narasi
sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar
sehingga tampak seolah-olah melihat.
·
KARANGAN
DESKRIPSI
Karangan ini berisi gambaran
mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar,
atau merasakan hal tersebut.
Karangan
deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
a. Menggambarkan
atau melukiskan sesuatu.
b. Penggambaran
tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
c. Membuat pembaca
atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Ø
Pola
pengembangan paragraf deskripsi:
a. Paragraf
Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau
tempat.
b. Paragraf
Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau
kesan perasaan penulis.
c. Paragraf
Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau
sebenarnya.
Ø
Langkah
menyusun deskripsi:
1) Tentukan objek atau
tema yang akan dideskripsikan.
2) Tentukan tujuan.
3) Mengumpulkan data
dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.
4) Menyusun data tersebut
ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan).
5) Menguraikan kerangka
karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.
·
KARANGAN
EKSPOSISI
Paragraf eksposisi adalah paragraf
yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi,
mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar
pembaca menerima atau mengikutinya.
Ciri-ciri
paragraf eksposisi:
a. Memaparkan
definisi (pengertian).
b. Memaparkan
langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.
·
KARANGAN
ARGUMENTASI
Karangan argumentasi adalah jenis
paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai
bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Ciri-ciri
karangan argumentasi:
a. Menjelaskan
pendapat agar pembaca yakin.
b. Memerlukan
fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
c. Menggali
sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
d. Penutup
berisi kesimpulan.
FRASA
· Frasa atau frase
adalah sebuah istilah linguistik. Lebih tepatnya, frase merupakan satuan
linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat.
Frase adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki predikat
dalam strukturnya. Itu yang membedakan frase dari klausa dan kalimat. Simak
beberapa contoh frase di bawah ini:
a. ayam hitam saya
b.
ayam hitam
c.
ayam saya
d.
rumah besar itu
e.
rumah besar putih itu
f.
rumah besar di atas puncak gunung itu
Dalam konstruksi frase-frase di
atas, tidak ada predikat. Lihat perbedaannya dibandingkan dengan beberapa klausa di bawah ini:
·
ayam saya hitam
·
rumah itu besar
·
rumah besar itu putih
·
rumah putih itu besar
·
rumah besar itu di atas puncak
gunung
Dalam konstruksi-konstruksi klausa
di atas, hitam, besar, putih, besar, dan di atas puncak gunung adalah predikat.
Frasa dan kata majemuk. Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frase
tidak berbeda dengan makna kata yang menjadi kepala/inti frase.
Misalnya:
Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat
hitam. Meja kayu juga tetap
meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu.
Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh
berbeda dengan makna kata-kata yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata
majemuk kerap disebut memiliki makna idiomatis. (disebut kata kiasan)
Misalnya:
Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau
pengadilan', bukan semata-mata meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna
kepemimpinan yang keras alih-alih tangan yang terbuat dari besi.
ü Beberapa
jenis frasa:
a. Frasa ekosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang
tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai
unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.
b. Frasa endosentris
Frasa Endosentris, kedudukan frasa
ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang
dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat
(UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur
pusat.
Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di
teras(P).
c. Frasa nominal
Nominal adalah lawan dari verbal.
jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja" maka kalimat
nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat nominal,
maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen. misalnya "I
am Tired", I=subjek, am=To Be dan Tired=Adjective (Passive voice verb).
ini adalah contoh kalimat nominal. arti lain dari nominal adalah rangkaian
angka yang menunjukkan jumlah tertentu, kemudian adapula arti nominal sebagai
kualifikasi (nominasi).
d. Frasa verbal
Frasa
Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara
morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis,
frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata
‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan
biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
1.
bekerja keras
2.
sedang berlari
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan
secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
e. Frase numeralia
Frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata bilangan
contoh :
1.
2 butir telur
2.
10 keping
g. Frase adverbial
Frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan kata keterangan
contoh :
1.
Besok sore
h. Frase preposisional
Frase yang terdiri dari kata depan
sebaga penanda, diikuti oleh kata
contoh :
1.
Di halaman sekolah
2.
Dari desa
i. Frase ajektival
Frase yang mempunyai distribusi uamh
sama dengan kata sifat
contoh :
1.
Bagus sekali
2.
Indah sekali
RELASI MAKNA
·
Relasi makna adalah hubungan
semantik yang terdapat antara satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya.
Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase, kalimat, dan relasi semantik itu
dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan, ketercakupan, kegandaan atau
kelebihan makna.
·
Sinonim atau sinonimi adalah
hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna dan bersifat dua arah.
Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata hamil dengan frase
duduk perut. Ketidaksamaan makna yang bersinonim disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain :
1.
Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang yang bersifat klasik dengan kata
komandan yang tidak cocok untuk koteks klasik.
2.
Faktor tempat atau wilayah. Misalnya kata saya yang bisa digunakan di mana
saja, sedngkan beta hanya cocok digunakan untuk wilayah Indonesia bagian timur.
3.
Faktor keformalan. Misalya kata uang yang dapat digunakan dalam rangka formal
dan tidak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.
4.
Faktor sosial. Umpamanya kata saya yang dapat digunakan oleh siapa saja dan
kepada siapa saja, sedangkan kata aku hanya digunakan terhadap orang yang
sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah
kedudukan sosialnya.
5.
Faktor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari yang biasa digunakan dalam
kegiatan
apa saja, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama sastra.
apa saja, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama sastra.
6.
Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau
yang masing-masing memiliki makna yang tidak sama.
·
Antonim atau antonimi adalah
hubungan semantik antara dua ujaran yang menyatakan kebalikan. Misalnya kata
hidup berlawanan dengan kata mati. Dilihat dari sifat hubungannya, antonim
dibagi menjadi:
1.
Antonim yang bersifat mutlak. Umpamanya, kata hidup berantonim secara mutlak
dengan kata mati.
2.
Antonim yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan kecil
berantonim secara relatif.
3.
Antonim yang bersifat rasional. Umpamanya kata membeli dan menjual, karena
munculnya yang satu harus disertai dengan yang lain.
4.
Antonim yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara berantonim
berantonim secara hierarkial karena kedua satuan ujaran yang berantonim itu
berada dalam satu garis jenjang.
5.
Antonim majemuk adalah satuan ujaran yang memiliki pasangan antonim lebih dari
satu. Umpamanya dengan kata berdiri dapat berantonim dengan kata duduk, tidur,
tiarap, jongkok, dan bersila.
·
Polisemi adalah kata atau satuan
ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala yang
setidaknya mempunyai makna (1) bagian tubuh manusia, sesuai dalam kalimat
kepalanya luka kena pecahan kaca, (2) ketua atau pimpinan, seperti dalam
kalimat kepala kantor itu bukan paman saya.
·
Homonimi adalah dua buah kata atau
satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda,
karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.
Umpamanya, antara kata pacar yang bermakna ‘inai’ dan kata pacar yang bermakna
‘kekasih’.
·
Homofoni adalah adanya kesamaan
bunyi (fon) antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan ejaan. Contoh yang ada
hanyalah kata bank ‘lembaga ‘keuangan’ dengan kata bang yang bermakna ‘kakak
laki-laki’.
·
Homografi adalah mengacu pada bentuk
ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan dan maknanya tidak sama. Contohnya kata
teras yang maknanya ‘inti’ dan kata teras yang maknanya ‘bagian serambi rumah’.
Perbedaan polisemi dan homonimi adalah kalau polisemi
merupakan bentuk ujaran yang maknanya lebih dari satu, sedangkan homonimi
bentuk ujaran yang “kebetulan” bentuknya sama, namun maknanya berbeda.
·
Contoh-contoh lain :
1.
Sinonim :
§ Faktor waktu : Nyai – nyonya, ajudan – anak buah, Batavia – Jakarta
§ Faktor tempat : Paman – pak de, namburu – tante
§ Faktor keformalan : Saya – gue, sejuk – adem, berbicara –
ngomong
§ Faktor sosial : Tante – bibi, om – paman, kakek – opa
§ Faktor bidang kegiatan : Udara –
oksigen, jamur – fungi, yang – nan
§ Faktor nuansa makna : Melihat –
melirik – menonton
2.
Antonim :
§ Mutlak : Laki-laki x perempuan, benar x salah
§ Relatif : Cantik x jelek, kaya x miskin
§ Rasional : Pasang x surut, penawaran x permintaan
§ Hierarki : Tua x muda, presiden x wakil presiden, tamtama x bintara
§ Majemuk : Raja x ratu x prajurit, berdiri x duduk x jongkok
3.
Polisemi :
§ Kaki –> kaki gunung, kaki
manusia, kaki bangku
4.
Homonim :
§ Bisa –> Racun – sanggup
§ Tahu –> Makanan – mengetahui
§ Buku –> Ruas – buku
5.
Homograf :
§ Merah –> Memerah sapi – pipinya
memerah
§ Apel –> Makan apel – pagi ini ada
apel
§ Seri –> Gigi seri – pertandingan
itu seri
6.
Homofon :
§ Bang – bank
§ Sangsi – sanksi
§ Masa – massa
PUISI LAMA
·
Puisi lama adalah puisi yang terikat
oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
1.
Jumlah kata dalam 1 baris
2.
Jumlah baris dalam 1 bait
3.
Persajakan (rima)
4.
Banyak suku kata tiap baris
5.
Irama
·
Ciri-ciri Puisi Lama :
1.
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2.
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima
·
Jenis Puisi Lama. Yang termasuk
puisi lama adalah :
1.
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
2.
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun
anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3.
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
4.
Seloka adalah pantun berkait
5.
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat
6.
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
7.
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 bari
·
Ciri-ciri dari jenis puisi lama :
1.
Mantra :
§ Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd,
abcde-abcde.
§ Bersifat lisan, sakti atau magis
§ Adanya perulangan
§ Metafora merupakan unsur penting
§ Bersifat esoferik (bahasa khusus
antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
§ Lebih bebas dibanding puisi rakyat
lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
2.
Pantun :
§ Setiap bait terdiri 4 baris
§ Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
§ Baris 3 dan 4 merupakan isi
§ Bersajak a – b – a – b
§ Setiap baris terdiri dari 8 – 12
suku kata
§ Berasal dari Melayu (Indonesia)
3.
Karmina :
§ Setiap bait merupakan bagian dari
keseluruhan.
§ Bersajak aa-aa, aa-bb
§ Bersifat epik: mengisahkan seorang
pahlawan.
§ Tidak memiliki sampiran, hanya
memiliki isi.
§ Semua baris diawali huruf capital.
§ Semua baris diakhiri koma, kecuali
baris ke-4 diakhiri tanda titik.
§ Mengandung dua hal yang bertentangan
yaitu rayuan dan perintah.
4.
Seloka :
§ Ditulis empat baris memakai bentuk
pantun atau syair,
§ Namun ada seloka yang ditulis lebih
dari empat baris.
5.
Gurindam :
§ Baris pertama berisikan semacam
soal, masalah atau perjanjian
§ baris kedua berisikan jawabannya
atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
6.
Syair :
§ Terdiri dari 4 baris
§ Berirama aaaa
§ Keempat baris tersebut mengandung
arti atau maksud penyair
7.
Talibun :
§ Jumlah barisnya lebih dari empat
baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
§ Jika satu bait berisi enam baris,
susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
§ Jika satu bait berisi delapan baris,
susunannya empat sampiran dan empat isi.
§ Apabila enam baris sajaknya a – b –
c – a – b – c.
§ Bila terdiri dari delapan baris,
sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
·
Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama :
1.
Mantra :
§ Assalammu’alaikum putri satulung
besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.
Pantun :
§ Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
3.
Karmina :
§ Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
4.
Seloka :
§ Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
5.
Gurindam :
§ Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
6.
Syair :
§ Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
7.
Talibun :
§ Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
§ Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Langganan:
Postingan (Atom)